Dunia Pendidikanku Kini (2)

by -523 Views

Menanggapi sorotan ini, saya teringat sewaktu menjadi guru les private bagi murid SMP di salah satu sekloah IT di Banjarmasin yang juga menjadi salah satu sekolah favorit. Sebagai guru les, kita sangat memahami apa yang menjadi keinginan orangtua murid, tetapi kita juga sedikit memahami kondisi dan kemampuan si murid. Terkadang ini menjadi salah satu beban yang dihadapi, disamping memenuhi keinginan orantua murid, tetapi kita juga bisa melihat kondisi si murid yang sudah seharian sekolah/belajar tentunya sangat lelah dan menguras tenaga.

Dari pengalaman ini, saya melihat dari program yang ditawarkan dan tuntutan yang diberikan, ada beberapa catatan yang dapat menjadi perhatian kita bersama. Secara umum, tujuan maupun harapan yang diingin jelas baik terlebih bagi peningkatan atau pengembangan kemampuan generasi kita. Namun kita juga harus melihat dari sisi peserta didik yang terkuras energi dan mentalnya karena belajar/sekolah seharian penuh. Selain itu, waktu untuk bermain di sore hari maupun berinteraksi dengan lingkungan sekitar juga berkurang, atau hanya sekedar istirahat atau tidur siang hampir tidak ada.
Selain itu, jika mau ulangan atau ujian, katakanlah ujian akhir semester. Waktu saya diberikan kisi-kisi oleh orangtua siswa. Dari kisi-kisi itu saya melihat hampir 75% soal ujian sudah ada atau diberi tahu. Jelas saja, mulai dari SK, KD, Indikator hingga nomor soal. Artinya indikator ini nomor soal ini, jadi bentuk soalnya saja yang tidak dituliskan.
Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan sekolah regular atau sewaktu saya sekolah 10 tahunan yang lalu. Saya pikir kondisi ini banyak memberikan ruang bagi anak untuk meningkatkan kemampuannya di luar lingkungan sekolah. Seperti bermain, berinteraksi, istirahat, sekolah di TPA atau mengikuti les atau belajar tambahan.
Dalam menghadapi ujian, kita dituntut untuk belajar mempersiapkannya dengan bekal materi pelajaran, tanpa diberi tahu tentang kisi-kisi apalagi hingga indikator dan nomor soal. Dengan kondisi ini, terkadang apa yang kita pelajari tidak ada dalam soal yang diberikan dan sebaliknya yang tidak kita pelajari ada atau keluar dalam soal. Hal ini tentunya membuat kecewa dan kesal, serta menjadi pertanyaan besar di benak saya. Mulai SD – SMP baru di bangku SMA/MA pertanyaan tersebut ada mendapat jawabannya. Tanpa bertanya, Guru saya mengatakan bahwa apa yang kita pelajari tidak ada dalam soal dan sebaliknya, apa yang tidak kita pelajari dan ada dalam soal ujian tersebut, maka dapat menjadi pengetahuan kita yang baru. Jangan pernah kecewa apa lagi marah dan putus asa, karena segala sesuatu pasti ada manfaatnya.
Memang sistem ini tidak menjamin dengan kemampuan anak seperti apa yang kita harapkan, tetapi juga sebaliknya. Namun apapun yang kita pilih merupakan sebuah ikhtiar untuk menjadi lebih baik. Serta yang terpenting, kita sebagai orangtua dan keluaraga tetap memegang kendali jangan sepenuhnya berharap kepada lembaga pendidikan maupun pemerintah, karena pendidikan merupakan tangungjawab kita bersama dan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mendikbud, Anies Baswedan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *